Saturday, October 4, 2008

jangan pernah mengasihani orang lain

siapa bilang hidup kita lebih beruntung daripada orang lain?

punya hak apa kita sampe bisa bilang hidup orang lain menderita dan perlu dikasihani?

apa parameternya yang bikin kita menilai hidup kita lebih beruntung? apa parameter kebahagiaan kita sama dengan orang lain? belum tentu.

a friend of a friend pernah 'bermasalah' dengan orang panti asuhan (kalo gue ga salah) karena bilang tujuan mereka ke sana adalah untuk 'berbagi dengan temen-temen yang kurang beruntung'. ternyata, masalah beruntung tidak beruntung itu sangat sensitif.

bokap gue selalu nggak suka kalo kita (gue dan nyokap gue) komentarin pengemis, ato anak-anak jalanan, atau siapapun dan bilang , "aih, kasihan banget ya.." beliau pasti bilang, "emang siapa bilang dia nggak bahagia dengan hidupnya? siapa bilang dia minta dikasihani?" awalnya gue pikir bokap gue aja yang terlalu cuek dan "nggak punya hati" (haha), tapi setelah dipikir-pikir lagi, he got a point.

now, let's think about it, apa alesan yang membuat kita bilang seorang kurang beruntung? secara materi kurang? sakit-sakitan? tinggal di tempat kumuh? ga punya pekerjaan? cacat secara fisik? dapet masalah bertubi tubi dalam hidupnya?

lalu, apa kekurangan-kekurangan dan keadaan-keadaan itu PASTI bikin dia menderita dan nggak bahagia dalam hidupnya? apa mereka nggak bisa tetep bahagia dengan-yang menurut KITA-kekurangan mereka? gimana kalo mereka justru besyukur dengan keadaan mereka sekarang? dan gimana kalo mereka justru menganggap kelemahan itulah yang membuat mereka bahagia?

and now, from the other perspective, apa setiap orang yang cukup secara ekonomi, sehat, keluarga harmonis, punya karir bagus, dsb PASTI bahagia dalam hidupnya? siapa bilang? a friend of mine pernah bilang, justru dia merasa hampa di tengah segala kebahagiaan hidupnya. ternyata, keluarga yang harmonis, pekerjaan yang bagus, pacar yang baik, nggak bikin dia merasa terpenuhi, dan justru merasa hampa. kenapa bisa gitu?

parameter kebahagiaan setiap orang beda-beda. kita nggak bisa dan nggak berhak pake parameter kebahagiaan dan kesukesan kita untuk mengukur kebahagiaan dan kesuksesan orang lain. dan sekali lagi, kita nggak punya hak untuk menilai hidup orang lain.

seseorang yang tinggal di gubug, belum tentu akan lebih bahagia kalo dia tinggal di apartment mewah. seseorang yang cacat fisik belum tentu bisa menjadi seperti sekarang dengan mental yang kuat dan kreatifitas tinggi, kalau ia tidak mengalami cacat fisik. pernah denger seorang motivator terkenal yang cacat secara fisik? ga punya kaki, tangan (kalo ga salah). gw lupa namanya.. nick sumthing gitu.. kalo ga salah.. belum tentu dia bisa jadi motivator terkenal dan memberkati hidup banyak orang seperti sekarnag kalo Tuhan kasih dia tubuh sehat dan tidak cacat. got my point?

gue bukan bilang kita nggak boleh peduli sama hidup orang lain, ato menolong orang-orang yang sedang terkena musibah.. tapi, yang mau gue tekankan disini adalah cara pandang dan motivasi kita dalam memberi dan bertindak.

kita nggak lebih baik dari mereka, kita BELUM TENTU lebih bahagia dari mereka. jadi, kalopun kita mau berbagi dengan saudara-saudara kita, pikir lagi motivasi kita. kalau kita memberi karena kita pikir kita mampu dan kita lebih beruntung dari mereka, well, i have to say, we are very arrogant and egoistic. mereka nggak butuh dikasihani ko. mereka punya parameter kebahagiaan mereka sendri yang mungkin berbeda dengan kita.

dan, kalo belajar dari orang-orang yang cacat dan orang-orang yang sering kita kategorikan 'kurang beruntung', ada satu hal yang sama dari antara mereka, mereka nggak mau dikasihani, mereka nggak mau kita memandang rendah mereka, dan menganggap mereka perlu dikasihani. mereka bisa dengan cara mereka sendiri. mereka bisa hidup, walau mungkin dengan cara yang berbeda dengan kita.

well, jadi, lain kali kalo ketemu atau ngeliat orang yang cacat, atau sepertinya menyedihkan, atau sepertinya menderita... pikir-pikir lagi deh sebelum bilang, "aduh, kasian ya dia..."


5 oktober 2008
Amadea

8 comments:

Anonymous said...

ckckck....pulang dari retreat ternyata nambah postingan ya?hohoo...
cm mo komen dikit aja nih,sembari menunggu hujan reda =)
i got your point. mengasihani memang tidak selamanya tepat,walau itu tidak salah. tapi bukankah mengasihani orang lain itu lebih baik daripada mengasihani diri sendiri?
dan lagi, bukankah sebenarnya kita semua adalah individu-individu yg patut dikasihani? hehee...bukannya memanas-manasi lho...cm sedikit komentar aja kok de.....
semoga kau semakin bijak dalam memaknai kondisi-kondisi di sekitarmu, semakin peka dan kritis dalam memandang keadaan di sekitarmu. cu....

qbenk
btw,sori nih pake anon,abis males buka blog. hehee...ga telaten maintainnya. =)

Anonymous said...

gue ga gitu ngerti de mksdnya apa..selama "mangasihani" itu konotasinya positif kan? itu ga masalah donk..soale ternyata org yg dikasihani itu merasa dia sudah cukup bahagia dengan kondisinya itu laen persoalan kan? yang penting kita sebagai manusia punya kepekaan dan empati terhadap orang lain, ketimbang kita cuek dan arogan.

dan lagi kl gue pribadi menghadapi kondisi2 kayak gitu, daripada mengasihani, g lebih ke "menyukuri" apa yang kita punya..

Anonymous said...

Sepertinya ada benih2 sosialis dalam diri Dea.
Namun baru bertumbuh yang memiliki sedikit akar.


Boy

Anonymous said...

De, nama motivator yg u maksud itu Nick Vujicic (livewithoutlimbs.com)

udh cm mau komen itu aja,, hehe..
btw, nice story,, keep posting yaaa.. ^^

puriwahyudi said...

Gue salut ..pemikiran yang kritis, kayaknya cocok jadi filsuf nich..he..he..he...perasaan iba /kasihan itu datang dari hati..coba klo suatu saat sempet menolong seseorang yang bener2 patas di kasih-ani(ditolong) rasakan juga dengan hati.....wah jadi serius nich..he..he..he..

Anonymous said...

I got your point.
Nyasar kemari karena memang lagi mencari orang yg sejalan pikirannya sama gue. dan ternyata di dunia ini ada.

Gw suka risih denger orang yg sok-sok ngasihanin orang, yang blg orang ga kasihan itu ga punya hati tolong bisa di bedakan antara "Mengasihi" dan "kasihan". ini masalahnya ada dibahasa kita yang kata dasar nya sama2 "Kasih" which in some ears terdengar positif tetapi sebenarnya itu konotasi negatif.

klo bahasa inggris itu kasih itu "love" dan kasihan itu "pity" itu dua arti yang sangat berbeda. kita memang harus mengasihi sesama kita, saling membantu dan saling menghormati, menghormati profesi mereka, makanya disana kalo ngasi tips ke orang itu bukan atas dasar "kasihan" tapi atas dasar menghormati karena service yang mereka berikann itu bagus. jadi tips itu semacam rewards.

tapi kebanyakan disini orang nge-tips karena kasihan/pity, dianggapnya itu sedekah. yang menurut saya seseorang bisa jadi bangga dengan profesi nya lho seperti abang gojek / waiter di restoran / pekerjaan lainnya. Kamu boleh mengasihi mereka tetapi jangan mengasihani mereka, mereka dikasi tips karena kerja mereka baik. tetapi byk orang yg saya temui itu malah ngasi tips bilangnya "kasihan". Jujur sy sedih dengernya kenapa? krn sy perna naik gojek dan abangnya dengan bangganya cerita kalo dia itu menguliahkan 3 anaknya dengan hasil gojek, bahkan yg satu lg kuliah s2. ini salut dong, dia bukan pengemis atau gembel. bahkan pengemis atau gembel aja belum tentu mau dikasihani kan. jangan mentang-mentang profesinya abang gojek terus berarti dia harus dikasihani, krn berpenghasilan lebih kecil dr situ? itu nama nya judjing people, secara ga langsung menghakimi orang lain, dan secara ga langsung itu termasuk congkak. imo cmiiw

Unknown said...

Thanks ya.intinya bersyukur dlm keadaan apapun itulah kebahagiaan sejati .org miskin blom tentu gk bahagia .gw wkt kecil miskin tp asli bahagia mesti kekurangan masih bs ketawa ketawa sama saudara eh skrg dudah sedikit punya malah saudara perasaan jd jauh kangen kadang kadang masa kecil dulu

Anonymous said...

Hanya soal bahasa yang dibolak balik, antara kasihan dan mengasihani, intinya tergantung prespektif kita, bagi awam kasihan itu tidak ada unsur menghina, lebih ke nurani yang tersentuh tuk membantu sesama.

Post a Comment