Thursday, February 4, 2010

yes, it's really a corruption, darling

cerita ini berawal dari rencana cowo gue beli bolpen buat bokapnya sekitar seminggu yang lalu.



Pergilah kita ke salah satu toko buku besar di pusat pertokoan daerah kelapa gading. Setelah milih-milih di salah satu stand yang ada, terpilihlah sebuah bolpen keren yang kita anggep cocok buat bokapnya. dan biar tambah keren, ditambahkanlah grafiran nama sang bokap di bolpen tersebut (skalian biar kalo ilang ketauan siapa yang punya juga, gitu hehe).

kata si Mbak penjaga stand (masih trainee sepertinya, diliat dari seragamnya), kalo mau digrafir bisa. kalo mau yang langsung jadi dan ditunggu, kena biaya 30rb (kalo ga salah). tapi kalo mau free juga bisa, asal nunggu 10 hari. dan berhubung kita suka yang gratisan, jadilah kita pilih buat nunggu 10 hari haha.

kebetulan lagi ada promo, beli bolpen apapun merk tersebut bisa beli bolpen/pensil jenis tertentu dengan harga lebih murah. mumpung promo, jadilah gue ikut-ikutan beli bolpen promo itu buat nyokap, dan, tentunya, dengan grafir -gratisan- juga donk hehe..

setelah proses pembayaran dll selesai, si mbak penjaga stand menyerahkan bukti tanda terima, sekaligus minta data kita (cowo gue tepatnya) biar nanti bisa dihubungi kalo grafirnya udah selesai.

dan kita pun pulang tanpa prasangka apapun. malah cowo gue sempet komen kalo Mbak penjaga stand nya baik banget, karena tetap ramah ngeladenin kita (cowo gue tepatnya) yang banyak maunya, minta ini itu, padahal waktu itu toko udah ampir tutup


seminggu kemudian, cowo gue dapet sms yang mengatasnamakan pegawai stand bolpen tersebut. dia bilang, karena ada kerusakan mesin, maka kita dikenakan biaya sebesar 75 ribu untuk biaya grafir kedua bolpen. 35 untuk bolpen bokap cowo gue, dan 40 untuk bolpen nyokap gue.

Ada yang aneh.

pertama, sejak kapan ya kerusakan mesin mereka jadi tanggung jawab kita? lagian, apa hubungannya antara mesin rusak dan kita harus bayar biaya grafir? kalo emang mesin rusak, mungkin dampaknya cuma grafiran kita jadinya telat, ato malah ga bisa digrafir sama sekali. tapi kalo misalnya gara-gara mesin rusak kita harus bayar grafir? ga make sense, deh!

kedua, informasi kerusakan disampaikan melalui SMS. perusahaan internasional macem apa yang kasih tau informasi kepada pelanggan melalui sms? (well, kecuali perusahaan telekomunikasi, karena mereka yang punya haha).

ketiga, mereka hanya meng INFORMASIKAN kalo kita harus bayar sekian, bukan meng KONFIRMASI apakah kita bersedia bayar lebih utk grafir, yang sebenarnya diluar perjanjian awal. dari awal kan mereka bilang grafir itu free dengan tunggu 10 hari, kalo mau cepat dan langsung jadi baru bayar 30 ribu. mana bisa mereka dengan sepihak netapin kalo kita harus bayar?

keempat, mereka bilang, setiap bolpen dikenakan harga grafir yang berbeda, karena beda bahan. sedangkan pada pembelian awal kita di toko, si penjaga toko cuma bilang biaya grafir sebesar 30ribu, dan ga menyebutkan sama sekali ada harga grafir yang beda untuk bahan yang beda.

kelima, bolpen gue beli itu bahkan harga promonya lebih murah dibanding harga grafirnya. mana mungkin?


kalo mau nipu mbok ya pinteran dikit gitu.


karena ga jelas, cowo gue telpon ke no tersebut, tapi ga diangkat-angkat. then, dia coba telpon ke toko bukunya. dan setelah komplain ga terima serta setengah ngancem kalo dia ga mau bayar ato minta duitnya dibalikin, respon mereka adalah nanti mereka akan tanya ke pihak perusahaan dan akan ngabarin cowo gue lagi.



satu lagi yang aneh, abis itu si mbak bilang, nanti dihubunginya via sms aja ya, jangan via telpon lagi. (maksudnya jangan telpon-telpon ke toko buku itu lagi).

ih, takut ketauan ya, mbak?

dan ga lama, cowo gue pun menerima sms yang bilang kalo kerusakan mesin adalah kesalahan mereka, dan oleh karena itu customer ga dikenakan biaya tambahan. mereka juga bilang kalo bolpen nya udah selesai digrafir dan bisa diambil.


yaelah, cepet amat ya pengambilan keputusan di perusahaan segede itu. ckckck ga mungkin secepet itu kali, Mbak!

gue emang ga punya bukti nyata buat bikin statement kalo ini cuma ulah oknum yang berusaha cari celah buat cari duit. tapi, banyak hal aneh disini, dan ya kita nggak sebodoh itu juga kali..

jadi inget, beberapa bulan yang lalu kita juga pernah dicatut duit kembalian parkir, lagi-lagi di daerah kelapa gading. "hanya" 5ribu, tapi perasaan kesal karena dibohongi itu melebihi nilai 5ribu itu sendiri.


Kesel bener ya, nyari-nyari objekan sampe ke hal-hal kecil. and yes, it's really a corruption, darling.



kesel, ternyata korupsi bener-bener jadi bagian dari hidup sehari-hari. bukan cuma ada di acara berita di tv, bukan cuma di gedung-gedung pemerintahan (katanya), ato di instansi-instansi tertentu. but corruption does happen in our daily life.

Ga heran indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terparah (gue lupa ranking berapa). wong sampe hal-hal kecil juga teteup usaha buat nyari duit tambahan, dengan cara yg ga halal.

tiba-tiba merasa pesimis, gimana Indonesia bisa maju, gimana Indonesia bisa berhasil menghapuskan korupsi dari sejarahnya ya? korupsi udah mengakar terlalu dalam di masyarakat. korupsi udah terlanjur jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. alhasil kita cenderung permisif terhadap tindak korupsi kecil-kecil itu. dengan alasan, "yah biasalah, namanya juga usaha." ih.. dah jelas-jelas salah ko ditolerir..

sedih jadinya kalo mikir moral bangsa (duileh, berat bener ya). dan sebagai bagian dari bangsa indonesia, mungkin gue sendiri juga ga lepas dari sifat-sifat jelek orang indonesia. bahkan mungkin pula gue secara ga sadar telah melakukan korupsi, mungkin bukan korupsi materi, tapi korupsi waktu.

*sigh

tak bisa berkata apa-apa lagi. cuma bisa berharap dan berdoa, supaya suatu hari nanti Indonesia bisa berubah menjadi lebih baik.

0 comments:

Post a Comment