Thursday, June 3, 2010

Sejauh Mana Nasionalisme Diperlukan?

Salah satu kegunaan Facebook buat saya adalah sebagai kalender pribadi, sebagai pengingat ulang tahun teman-teman. Oleh karena itu, sudah menjadi suatu rutinitas bagi saya untuk setiap hari membuka Facebook dan mengucapkan selamat kepada orang yang berhari jadi di hari itu.

Suatu hari, seperti biasa saya menuliskan wall message kepada salah satu teman saya yang berulang tahun, dan seperti biasa pula, teman saya membalas dengan ucapan terimakasih yang diiringi sedikit basa basi. Tapi kali ini basa basinya berbuntut pada sebuah pemikiran bagi saya. Teman saya bilang,"Eh, gue sekarang udah ga di Jakarta loh, sekarang gue kerja di Kuala Lumpur. Udah tau belum?"

Teman saya ini adalah orang ke sekian dari teman-teman saya yang bekerja di luar negeri. Prospek karir yang lebih baik, gaji yang menjanjikan, dan taraf kehidupan yang lebih tinggi adalah alasan-alasan mereka ketika ditanya mengapa harus bekerja di luar negeri. Padahal, mereka-mereka itu adalah orang-orang yang berprestasi di bidangnya, dan sebenarnya bisa menggunakan kemampuan mereka untuk membangun negeri. Ah, terlalu naifkah saya?

Ketika diperhadapkan pada pilihan untuk bekerja di dalam negeri atau di luar negeri, orang kebanyakan akan memilih di luar negeri. Mengapa harus membaktikan diri di negeri yang kurang menghargai kemampuan dan kreativitas kita, dan tidak mau memberikan imbalan sepadan untuk sumbangsih kita? Sedangkan di luar negeri, masih banyak yang bersedia untuk memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri, imbalan sepadan, dan tunjangan-tunjangan hidup lainnya. Tapi bagaimana dengan rasa nasionalisme kita? Haruskah kita membaktikan diri kita, dan menggunakan ilmu kita untuk membangun negara orang lain? Relakah kita melihat negeri kita semakin terpuruk, sedangkan negeri orang lain semakin berkembang, yang sedikit banyak juga terjadi karena sumbangsih putra putri Indonesia yang hibah ke negeri orang tersebut?

Salahkan atlit-atlit berbakat, putra putri Indonesia yang "dibajak" negara lain untuk menjadi atlet atau pelatih disana, dan pada akhirnya membawa kemenangan bagi tim negara tersebut, -dan ironisnya, juga mengalahkan tim Indonesia? Dapatkah kita menuntut pengabdian total mereka, sementara kita tau bahwa tunjangan, fasilitas, serta jaminan masa depan bagi atlet Indonesia dari pemerintah sangat minim?

Harian Kompas Jakarta pernah memberitakan bahwa ternyata dibalik kemenangan Lin Dan mengalahkan Taufik Hidayat dalam perebutan Piala Thomas belum lama ini, tersebutlah seorang kakek asal Lampung yang bernama Tang Hsien Hu. Tang Hsien Hu pernah menjadi pelatih Indonesia sejak tahun 1986 dan berperan dalam membantu Indonesia merebut medali emas di Olimpiade Barcelona tahun 1992. Namun, oleh karena permohonan kewarganegaraannya ditolak, pada tahun 1998 beliau kembali ke negeri Tiongkok dan menjadi pelatih disana. Kalau sudah seperti itu, dapatkah kita mempertanyakan rasa nasionalisme beliau?

Kembali ke dunia pendidikan, berapa banyak putra putri bangsa yang cerdas dan mendapat beasiswa untuk studi di luar negeri, yang pada akhirnya menolak untuk pulang dan mengabdikan ilmunya di Indonesia? Padahal, Indonesia membutuhkan putra putrinya yang cerdas, dan dapat memberikan sumbangsihnya untuk turut membangun dan mengembangkan Indonesia. Bagaimana Indonesia dapat maju jika putra putri terbaiknya malah memilih untuk mengembangkan negeri orang lain?

Biarlah hal ini menjadi sebuah perenungan kita bersama, terutama pemuda pemudi Indonesia. Dalam hal ini saya tidak mengatakan mana yang benar dan mana yang salah, saya hanya mencoba memaparkan kenyataan dan mengajak teman-teman pemuda untuk berpikir, apa yang sebaiknya kita lakukan, dan apa yang dapat kita lakukan. Semoga Tuhan memberikan hikmat-Nya kepada kita untuk bisa melakukan sesuatu untuk negara di mana kita telah ditempatkan ini.

sumber berita : Harian Kompas Jakarta

2 comments:

Candela said...

Ini pendapat pribadi yah. Dont quote me - Secara gw juga ikutan trend kerja di luar negri, hehehe... Mnrt gw dengan pindah ke luar negri, gw punya kesempatan belajar & bisa lebih cepet belajar juga buat gw nantinya buka interior di Indo. Bahkan ntar gw bisa memperkenalkan sistem kerja yang lebih efisien.... See?? In the end orang2 seperti kami ini justru akan menyumbangkan sesuatu buat Indonesia juga kan?? Gile!! Keren banget bahasa gw.... :)

amadea said...

betul! totally agree, asalkan nantinya orang2 yg udah menimba ilmu jauh2 itu mau pulang ke indo dan menerapkan ilmunya di negara kita tercinta, seperti lo yg nantinya mau buka konsultan di indo :)

thanks for your opinion :)

Post a Comment