Pada suatu Sabtu sore, saya dan pacar pergi ke salah satu mal di Jakarta. Kebetulan saat itu bertepatan dengan waktu buka puasa, sehingga tak heran mal penuh, bahkan untuk mencari parkir pun sulit. Lima belas menit sudah terbuang hanya untuk mengantri dan mencari parkir, itupun kami masih belum menemukan tempat kosong. Masalahnya kami sudah terlanjur membeli tiket secara online untuk menonton di mal tersebut, sehingga percuma juga kalau kami keluar lagi dan mencari tempat tujuan yang lain.
Saat sedang mengantri untuk mencari parkir, seorang tukang parkir memberi tanda dan mengarahkan mobil-mobil untuk keluar dan mencari parkir di gedung lain, termasuk mobil kami.
“Parkir di gedung sebelah aja, Pak! Disini tempat parkirnya sudah overloaded.”
Agar tidak dipaksa ke luar gedung, si pacar pun berusaha menjelaskan kalau kami sudah terlanjur beli tiket bioskop disitu, sehingga akan sulit kalau harus parkir di gedung yang berbeda, mengingat hari sudah semakin malam. Untungnya si tukang parkir cukup bersimpati. Ia kemudian meninggalkan mobil kami dan melihat sekeliling untuk mencari kalau-kalau masih ada tempat parkir yang kosong. Dan tak lama kemudian ia kembali.
“Wah, Tuhan Yesus sayang sama Bapak. Ini pas ada yang mau keluar.”
Setelah itu, pemilik mobil yang sedang parkir tepat di depan kami datang lalu mengeluarkan mobilnya. Dan kamipun langsung dapat tempat parkir. Setelah membantu kami memarkirkan mobil, si tukang parkir kembali berkata, “Besok jangan lupa ke gereja ya, Pak!”
Peristiwa itu sungguh berkesan buat saya. Begitu banyak pelajaran dan makna yang saya dapat dari kejadian singkat itu.
Seumur hidup, baru kali ini saya bertemu dengan tukang parkir yang berkata seperti itu. Buat saya, ucapan tukang parkir itu seakan berasal dari Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus yang sedang mengingatkan kami tentang kasihNya yang besar, Tuhan Yesus yang mengingatkan kami bahwa Dia peduli akan semua kebutuhan kami, bahkan kebutuhan kecil seperti kebutuhan akan tempat parkir sekalipun.
Saya jadi diingatkan bahwa Tuhan itu memang suka memberi kejutan dan ‘hadiah’, contohnya ‘hadiah’ berupa tempat parkir yang tiba-tiba tersedia tepat di depan kami. Tak hanya sekali itu saja, sepanjang hidup saya juga sering mengalami hal-hal serupa, mendapatkan ‘hadiah’ yang tak disangka-sangka tepat ketika saya memerlukannya. Dan semua itu dilakukanNya karena kasihNya yang besar.
Saya juga salut atas ‘keberanian’ si tukang parkir yang berani secara langsung menyatakan kasih Tuhan. Jika saya jadi si tukang parkir, belum tentu saya berani berkata hal yang sama. Masalahnya, si tukang parkir tidak tahu agama kami, di mobil si pacar sama sekali tidak ada simbol-simbol yang menunjukkan bahwa kami adalah orang kristiani. Bagaimana jika kami bukan orang kristiani dan malah tersinggung atas ucapannya? Tetapi si tukang parkir tetap mengambil resiko dan berani menyatakan kasih Tuhan melalui ucapannya.
Terimakasih Tuhan! Terimakasih Bapak Tukang Parkir! Semoga saya bisa menjadi seperti bapak tukang parkir yang berani menyatakan kasih Tuhan kepada siapapun, bahkan kepada orang yang belum dikenal sekalipun; karena memang kasih Tuhan itu universal, bukan hanya untuk orang kristiani saja.
0 comments:
Post a Comment