Tuesday, October 5, 2010

"gue kan pengen cepet-cepet mati!"

kata bibi yang suka cuci gosok di rumah ketika ngobrol dengan temannya di telepon.


Kalimat itu diucapkan dengan ringan, tanpa beban, dan sambil becanda. Tapi sepertinya dia serius dengan ucapannya.

Benarkah semudah itu untuk berhadapan dengan kematian, bahkan untuk orang yang udah kenal Tuhan?

Ketika hidup seperti udah ga berarti lagi, udah ga ada tujuan hidup, dan masalah begitu banyak dan bertubi-tubi, apalagi jika ditambah kondisi tubuh yang sudah menua dan tak lagi bisa melakukan banyak hal, bisa saja "mati" menjadi pilihan yg terlihat lebih baik, lepas dari semua masalah hidup dan keterbatasan. Benarkah?

Nyatanya, banyak pula orang yang ketika benar-benar dihadapkan pada kematian malah takut setengah mati. Takut untuk mati, tapi enggan pula untuk hidup. Lalu harus bagaimana?






Ketika "mati" menjadi pilihan yg lebih menggiurkan, think again! Bayangkan ketika benar-benar dihadapkan pada kematian, apakah masih dengan senang hati menyambut kematian? Pikirkan lagi orang yang berjuang setengah mati untuk bisa hidup.


Afterall this life is not yours, and it's not you who can decide to end your life.

0 comments:

Post a Comment